Angkot-ers Aneh

6695012071_e1e9d57fc9

Angkot langganan saya. Source: http://www.flickr.com

Angkot adalah acronym dari angkutan kota. Kadang saya lupa kalo angkot sebenarnya adalah singkatan dari kata tersebut. Ini terjadi karena begitu terbiasanya saya memandang angkot sebagai sebuah mobil dengan kapasitas 11/12 di belakang dan 3 di depan. Jadi kalo di tanya angkot, yaa seperti itulah gambarannya. Padahal angkutan kota banyak sekali macamnya seperti mikrolet, bajaj, metro mini, dkk. Menurut mas Wiki angkutan kota adalah salah satu moda transportasi perkotaan yang merujuk kepada kendaraan umum dengan rute yang sudah ditentukan. Berbeda dengan bus yang memiliki halte untuk berhenti, angkot ini berhenti dimanapun (semau gw) entah saat manaikan penumpang atau menurunkan penumpang.

Sebagai pengguna transportasi umum, saya sering sekali menggunakan angkot. Apalagi kalo saya sedang pergi ke kampus, kalo di rumah sih saya biasa mengendarai motor. Angkot langganan saya adalah angkot berwarna biru dengan nomer 121, trayek Cibubur – Kampung Rambutan. Angkot ini tidak pernah sepi dari penumpang, karena angkot ini memiliki trayek idola para penumpang. Angkot ini penghubung orang-orang yang tinggal di Bekasi/Cileungsi menuju Jakarta. Walaupun saya harus bermacet-macetan di sepanjang jalan alternatif Cibubur, itu ga masalah buat saya. Angkot ini adalah angkot tercepat yang membawa saya ke Kampung Rambutan. Sekarang harganya Rp. 8.000, waktu kuliah S1 saya masih sempat bayar Rp. 4.000. Mahal yaaaa sekarang, padahal BBM udah turun harga tapi ongkos angkot ga mau turun ckckckc. Penyakit lamaaa….

Angkot ini kan transportasi umum ya, pastinya dong milik umum alias milik bersama walaupun yang punya mobilnya si pak supir atau bos angkot. Siapa aja boleh naik, yang miskin yang-yang kaya, yang cakep-yang jelek, yang kurus-yang gendut kalo di angkot tetep harus berbagi kursi dengan yang lainnya. Ga seperti taksi online yang membuat kita seperti disupirin supir pribadi hihihi. Karena penumpangnya banyak, alhasil dudukpun harus dempet-dempetan. Repotnya kalo ada yang punya bo**om sedikit lebar, ini sangat menyiksa saya yang berbadan kecil pasti saya terjepit (saya sering duduk di pojok dan terjepit). Dengan penumpang yang banyak ini, saya suka iseng mengamati karakter-karakter orang yang satu angkot dengan saya. Karakternya begitu bermacam-macam dari yang bikin senyum-senyum sendiri, jantung mau copot, terkaget-kaget dan geleng-geleng kepala. Ini saya rangkum di bawah ya, karakter-karakter penumpang saat bayar ongkos:

  1. Penumpang ga sopan. Suatu hari, saya satu angkot dengan ibu-ibu berpenampilan cukup necis. Dari penerawangan saya, ibu ini berumur sekitar 45 – 50 tahun. Ibu ini naik bareng saya di perempatan Cileungsi dan turun di perempatan sebelum Cibubur plaza. Saat turun ibu ini lupa memberikan ongkos, akhirnya pak supir berteriak “Bu Ibuuu! belum bayar!” Lalu si ibu pun sadar dia berbalik badan dan berjalan menuju angkot. Kebetulan angkot berhenti tidak mepet ke trotoar, jadi ada celah sedikit sebelah kiri untuk motor nyalip. Saat ibu ini mau bayar emang kondisinya banyak motor yang lewat disitu tapi karena rada macet, motorpun pelan ga ngebut. Saya fikir si ibu ini akan memberhentikan motor dan dia menghampiri pintu angkot tapi ternyata tidak. Dia di trotoar melempar ongkos ke pak supir lewat jendela pintu. Setelah melempar ibu itu pun cekikikan, entahlah apa yang ibu ini tertawakan. Ongkos yang dia lempar ternyata berisi beberapa uang koin. kebetulan saya duduk di belakang pak supir, saya melihat ongkos tersebut jatuh di bawah setir pak supir dan koinnyapun berceceran. Dengan geramnya pak sopir itu teriak ke si ibu “Ga sopan banget sih bu!” dan ibu itupun berlalu begitu saja. Menuurut saya tau kamu juga, cara dia membayar ongkos sangat tidak sopan. Seharusnya ibu ini berjalan terlebih dulu laah menghampiri pak sopir. Apa susahnya coba?? saya sampai geleng-geleng kepala dengan penumpang lainnya.
  2. Penumpang ga tau aturan. Penumpang lain yang saya temui adalah seorang ibu lagi (eea ibu2 mulu ya ckckck). Saya lupa ibu ini naik dari mana,  yang saya ingat dia turun di plaza Cibubur dengan ongkos Rp. 5.000. Dia menggendong anak kecil. Ketika turun, ibu ini langsung menaruh ongkos di dashboard angkot dan sambil bilang “saya cuman punya segitu!” . Tiba-tiba dia berlari cepat sambil menggendong anaknya ke dalam ruko-ruko depan plaza Cibubur. Dia menghilang dan pak supir langsung berteriak dengan bahasa yang sangat kasar. Setelah saya tanya ternyata ongkos yang dia bayarkan hanya Rp. 1.000. Ya ampun, geleng-geleng kepala lagi saya. Saya ga tau sih kondisi si ibu saat itu, apakah sedang kesulitan uang atau abis kecopetan atau entahlah. Tapi dari cara dia membayar ongkos si ibu ini seperti masa bodo dengan ongkos yang sudah ditetapkan. Pak supir sempet bilang “kalo dia jujur, gpp kok saya juga ga tega liat ibu bawa2 anak gtw, kok ini seenaknya!”
  3. Penumpang borju. Karakter penumpang yang satu ini sering saya temukan di penumpang pria. Saya sangat sering bertemu penumpang pria yang tidak menyiapkan uang kecil untuk membayar ongkos angkot. Saat mereka turun dari angkot, mereka sibuk merogoh kantong celana kira-kanan-belakang lalu mengeluarkan dompet dan mengambil uang pecahan Rp. 50.000 atau Rp. 100.000. Ini agak menjengkelkan buat pak supir, karena pecahannya terlalu besar dan recehan untuk kembalian ongkos penumpang yang lain langsung habis. Terkadang banyak pak supir yang cerewet menghadapi penumpang ini, apalagi kalo pak supir ga punya banyak receh beliau harus susah payah nuker dengan penumpang lainnya atau merelakan penumpang itu ga bayar sama sekali. Kasian kan kalo ampe ga dibayar 😦
  4. Penumpang amnesia. Penumpang ini biasanya lupa atau pura-pura lupa membayar ongkos. Suatu hari saya seangkot dengan cewek cakep, seriusan cakep. Dia turun di plaza Cibubur bersama-sama dengan 3 penumpang lainnya. Ketiga penumpang ini satu keluarga jadi yang bayar satu orang bapak-bapak. Si cewek ini nyelonong gitu aja, tanpa nengok ke belakang. Difikir  pak supir si cewek ini sekelompok dengan keluarga ini ternyata enggak. diteriakin oleh pak supir, jalannya semakin cepat. Pak supir pun tidak mengejarnya, dia kesal dan menggerutu. Duuuuh mba mba cakep-cakep kok ga bayar ongkos…..
  5. Penumpang jujur. Suatu hari saya pernah bertemu penumpang yang berpenampilan rapi seperti mau pergi kerja. Sebelum naik angkot dia bilang ke pak supir “Pak saya abis kecopetan, boleh ga saya ikut naik tanpa bayar” Alhamdulillah-nya pak supir ini baik hati sekali, mempersilahkannya masuk dan diturunkan di tempat yang dia tuju. Semoga Allah selalu memberikan kelancaran rejeki buat si bapak supir ini.

Sekian hasil laporan saya dari lapangan, kurang lebihnya seperti itulah macam-macam angkoters yang bikin saya gemezzzzzz. Kamu pernah nemuin salah satu dari mereka ga?

31 thoughts on “Angkot-ers Aneh

  1. Hehe detail banget diskripsi angkoters-nya… saya juga pernah, naik angkot tapi lupa bawa dompet. Pas mau bayar… eh langsung panas dingin, malunya minta ampun waktu itu, untung sopirnya baik. 😀

    Like

  2. Wakakan aneh aneh ternyata kelakuan angkoters. Tapi dulu saya sering naik bus umum gak pernah bayar waktu smp ha ha ha….. Begitu juga temen lainnya. Itu kenakalan remaja yang pernah saya lakukan. Maaf ya pak supir.

    Like

  3. Kalo di saya angkot orang2 biasa menyebutnya dengan montor kuning (mobil kuning) karena angkot di kota saya semuanya warna kuning 😀
    Belum pernah nemuin macam2 angkoters seperti mbak sih hhehe

    Like

  4. Aku angkoters sejati, dari usia 15 tahun (pertama kali merantau) sampai sekarang. Yang kamu sebutin diatas aku alami juga plus suka keseeelll banget sama penumpang yang pura2 pasang muka sebodo amat ngerokok dalam angkot. Aku sering tengkar sama penumpang kayak begini karena pasti kutegor. Enak aja sama2 bayar dia kasih penumpang lain penyakit. Kalau di Belanda belum (jangan sampai) mengalami kejadin yang aneh2 karena angkutan umumnya teratur.

    Like

    • Aku juga pernah punya pengalaman bertengkar sama orang yang ngerokok di angkot, beeuh sereem mba aku disemprot bapak-bapak. karena ga nyangka bakal disemprot gtw aku shock langsung diem dan penumpang lainpun diem aja huhu sedih deh.

      Kalo di Belanda kemungkinan kecil kali ya mba, karena manusia dan sistem transportasinya insyaallah teratur (cmiiw) (padahal ga tau aslinya gimana hahaha) sotoy nih saya ^^

      Like

  5. Yang satu sampai empat kok ngeselin ya aku bacanya -_- untungnya di nomer 5 aku diademin sama pak supir yang baik hati 🙂 hihihihi

    Aku udah nggak pernah naik angkot lagi sih sekarang ._.

    Like

Leave a reply to EgiyantinaNS Cancel reply